Kamis, 12 Desember 2013

resensi film habibi dan ainun


Habibie Ainun Poster.jpg
BIODATA
A.    Pemain Film:
B.  Sutradara:
     Faozan Rizal


SINOPSIS

Ini adalah kisah tentang apa yang terjadi bila kamu menemukan belahan hatimu. Kisah tentang cinta pertama dan cinta terakhir. Kisah tentang Presiden ketiga Indonesia dan ibu negara. Kisah tentang Habibie dan Ainun.

Rudy Habibie seorang jenius ahli pesawat terbang yang punya mimpi besar: berbakti kepada bangsa Indonesia dengan membuat truk terbang untuk menyatukan Indonesia. Sedangkan Ainun adalah seorang dokter muda cerdas yang dengan jalur karir terbuka lebar untuknya.

Pada tahun 1962, dua kawan SMP ini bertemu lagi di Bandung. Habibie jatuh cinta seketika pada Ainun yang baginya semanis gula. Tapi Ainun, dia tak hanya jatuh cinta, dia iman pada visi dan mimpi Habibie. Mereka menikah dan terbang ke Jerman.

Punya mimpi tak akan pernah mudah. Habibie dan Ainun tahu itu. Cinta mereka terbangun dalam perjalanan mewujudkan mimpi. Dinginnya salju Jerman, pengorbanan, rasa sakit, kesendirian serta godaan harta dan kekuasaan saat mereka kembali ke Indonesia mengiringi perjalanan dua hidup menjadi satu.

Bagi Habibie, Ainun adalah segalanya. Ainun adalah mata untuk melihat hidupnya. Bagi Ainun, Habibie adalah segalanya, pengisi kasih dalam hidupnya. Namun setiap kisah mempunyai akhir, setiap mimpi mempunyai batas. Kemudian pada satu titik, dua belahan jiwa ini tersadar; Apakah cinta mereka akan bisa terus abadi?

RESENSI

Film Habibi & Ainun dibuat berdasarkan buku yang telah ditulis oleh bapak Bacharuddin Jusuf Habibie (presiden RI ke-6), film ini mengisahkan tentang kehidupan dirinya dan alm. Istrinya yaitu ibu Ainun Habibie.

Pada Film ini cerita berawal ketika habibi dan ainun masih sama sama duduk dibangku sekolah, pada saat itu habibi menyebut ainun dengan sebutan “gula jawa” karena  ainun hitam, jelek, gendut seperti gula jawa.

Setelah lulus habibie pun kuliah di Jerman, namun karena suatu penyakit yang dideritanya sehingga ia kembali ke Indonesia. Pada suatu hari Habibie di haruskan untuk mengantarkan kue kerumah Ainun dan disitulah pertemuan mereka setelah sekian tahun tidak bertemu. Habibi tampak kagum dengan pesona Ainun saat itu, Ainun berubah menjadi wanita yang cantik dan anggun membuat Habibi jatuh hati kepadanya.  Karena kecantikannya, Ainun di sukai oleh banyak pria, pria yang menyukai Ainun sebagian besar adalah orang berada namun tidak membuat Habibie berkecil hati. Dan akhirnya Ainun memilih untuk menikah dengan Habibie.

Setelah mereka menikah, mereka pergi ke Jerman kemudian menyelesaikan study S3 disana dan berharap kembali ke Indonesia untuk membuat pesawat. Namun Habibi mengalami hambatan untuk mencapai hal tersebut, dan pada suatu ketika Habibi di beri kesempatan untuk membuat pesawat di negerinya sendiri. Kemudian Habibi di tunjuk untuk menjadi menteri, kemudian menjadi wakil presiden, setelah itu menjadi presiden menggantikan Soeharto.

Ainun sangat tidak suka dengan perilaku Habibie yang tidak mementingkan dirinya sendiri, dan Habibie memutuskan untuk mengundurkan diri dari jabatannya. Akhirnya mereka kembali ke Jerman mereka dikaruniai 2 orang anak dan Ainun berhasil mewujudkan cita-citanya menjadi dokter anak. Namun sepulangnya dari Jerman tiba-tiba Ainun sakit dan di vonis menderita kanker ovarium stadium 4.


Habibi baru mengetahui penyakit Ainun karena selama ini Ainun selalu menutupi penyakitnya. Habibie adalah sosok yang setia menemani Ainun dalam keadaan apapun hingga Ainun menutup mata untuk selama-lamanya.

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
Kelebihan:

Secara umum, "Habibie & Ainun" besutan sutradara Faozan Rizal serta dibintangi Reza Rahadian dan Bunga Citra Lestari berhasil mengaduk emosi penonton, khususnya menjelang bagian akhir film.  Aransemen musiknya juga memperkuat atmosfer film.  Penggunaan footage rekaman asli di beberapa bagian film seolah mengingatkan kembali sejarah kita sebagai bangsa Indonesia dan betapa Habibie menjadi bagian dari sejarah Indonesia.

HABIBIE & AINUN mengisahkan perjalanan pak Habibie ketika dirinya masih kecil hingga bertemu dengan cinta sejatinya, mendiang ibu Hasri Ainun. Selain perjalanan cinta mereka, kita juga akan dihadapkan pada intrik politik dan cikal bakal mimpi dari pemilik nama lengkap Bacharuddin Jusuf Habibie ini.

Sangat riskan sebenarnya mengadaptasi sebuah kisah nyata. Terlebih jika setting-nya berada di masa lampau. Namun Faozan Rizal sebagai sutradara dan tim kreatif berhasil menggambarkan nuansa jaman dulu dengan begitu apik dan detail dari segi kostum hingga properti.

Tak lupa setting Jerman meski penempatannya digunakan seperlunya. Serta munculnya footage penerbangan perdana N-250 Gatot Kaca yang dihadiri pak Soaharto dan ibu Tien, hingga tragedi Mei 1998 yang membuat film ini semakin believable.

Dalam urusan akting, dua jempol diberikan untuk Reza Rahadian yang benar-benar total. Lewat film ini, Reza berhasil buktikan kapasitasnya. Dia mampu bertindak sebagaimana sosok Habibie asli, dari gestur hingga cara berbicara.

Kekurangan:

Bunga Citra Lestari yang diplot sebagai Ainun terlihat kurang kuat untuk mengimbangi Reza. Meski begitu, akting wanita yang debut layar lebar lewat CINTA PERTAMA ini tak bisa dibilang buruk. Karena di beberapa bagian Bunga mampu tampil menawan.

Untuk urusan naskah sebenarnya cukup bernas, pun dengan dialog yang dipakai. Ginatri S Noer dan partner, Ifan Adriansyah Ismail, cukup ulet memaparkan guratan kisah pak Habibie walau di beberapa bagian terasa dragging dan tak fokus.

Saya sedikit kecewa dengan penampilan Habibie dan Ainun yang tetap awet muda meski pernikahan mereka sudah berjalan hampir setengah abad lamanya (yang menurut hitungan sederhana saya berarti usia mereka sudah ada di kisaran 68 tahun).  Sulit rasanya membayangkan manusia berusia 70 tahun dengan fisik layaknya 40 tahun.  Entahlah, ini mungkin hanya karena Habibie adalah tokoh yang sudah dikenal luas oleh masyarakat sehingga penonton mengharapkan adanya kemiripan fisik antara Habibie versi film dengan Habibie yang sebenarnya.  Tio Pakusadewo yang hadir sekilas memerankan sosok pak Harto juga kurang pas gesture-nya, menurut saya hanya rambut belakangnya saja yang mirip.

PENILAIAN

Secara garis besar, "Habibie & Ainun" yang diangkat dari buku berjudul sama karangan BJ Habibie ini memang berfokus pada kisah cinta BJ Habibie (yang ternyata dipanggil "Rudy" di masa mudanya) dengan Hasrie Ainun Besari.  Semenjak awal film memang keduanya seolah sudah ditakdirkan berjodoh.  Idiom "gula jawa, gula pasir" dalam film ini cukup membuat kita tertawa kecil dan menggambarkan karakter Rudy Habibie yang blak-blakan.

Terlepas dari beberapa kelemahan di atas, HABIBIE & AINUN tetaplah film yang layak ditonton. Apresiasi patut disematkan pada usaha Faozan Rizal yang sebelumnya berjibaku sebagai director of photography.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar